Npm : 17211987
kelas : 3ea17
Tulisan ke-7
PEMBELAJARAN KONSUMEN
Assel (1992) mendefinisikan
pembelajaran konsumen sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya. Perilaku konsumen yang demikian
disebut pengaruh perilaku (behavioural influence).
Dalam pembelajaran konsumen terdapat
dua aliran:
- Aliran Behaviorist yang memandang bahwa perubahan respons konsumen merupakan hasil dari paparan rangsangan (stimuli exposure).
- Aliran kognitip memandang pembelajaran sebagai penyelesaian masalah. Fokus perhatiannya adalah perubahan dalam psikologikal set konsumen (persepsi, sikap, gaya hidup, dll).
Para ahli perilaku telah mengembangkan
dua tipe pembelajaran yang disebut sebagai Classical Condition dan Instrumental
Condition.
Classical Conditioning
Classical Conditioning memandang bahwa
perilaku merupakan hasil dari asosiasi yang dekat antara perangsang utama
(Primary Stimulus) dengan perangsang kedua (secondary stimulus). Misalnya dalam
sebuah iklan dipaparkan mengenai cirri-ciri orang sukses (primary stimulus) dan
juga sebuah merek rokok misalnya ardath (secondary stimulus). Dalam Classical
Conditioning diharapkan bahwa perokok merek Ardath mengasosiasikan dirinya
seperti orang yang sukses.
Persyaratan Menggunakan Classical
Conditioning
Syarat-syarat tersebut adalah:
-
seharusnya
tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli. Dengan kata
lain, primary stimuli atau unconditioned stimuli harus menjadi pusat perhatian.
Misalnya iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempunyai citra
berbeda.
-
Perangsang
utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain.
-
Primary
stimulus seharusnya tidak terlalu familiar bagi masyarakat. Konsumen akan
menjadi jenuh dengan stimuli tertentu yang sangat sering tampil di media massa.
Hal ini disebut sebagai pengaruh sebelu pemaparan (proexposure effect).
-
Classical
Conditioning akan lebih efektif jika stimulus utamanya adalah sesuatu yang
baru.
Instrumental Conditioning
Instrumental Conditioning memandang
bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan
penilaian konsumenterdapat derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan.
Kepuasan yang dialami oleh konsumen akan menyebabkan penguatan dan akan
meningkatkan kemungkinan pembelian kembali (purcashing).
Penguatan (Reinforcement)
Istilah penguatan muncul ketika
konsumen berperilaku yang sama seperti sebelumnya, karena sebelumnya dia
mendapatkan respos yang positif atas tindakannya. Penguatan bisa diindikasikan
dengan pembelian yang berulang kali terhadap merek produk tertentu. Penguatan
(reinforcement) terjadi ketika konsumen memperoleh respos positif atas
tindakannya di masa lalu.
Kepunahan dan Dilupakan (Extinction and
Forgetting)
Kepunahan (extinction)
terjadi ketika produk tidak lagi memberikan kepuasan yang diinginkan. Hilangnya
kepuasan bisa karena kualitas suatu produk terjadi penurunan atau ada produk
lai yang dirasakan mempunyai kualitas yang lebih baik.
Dilupakan (forgetting)
terjadi ketika stimulus tidak lagi diketahui dan dirasakan oleh konsumen. Suatu
produk akan dilipakan oleh konsumen jika pemasar tidak mengulang-ulang
informasi produknya melalui iklan.
Penerapan Instrumental Conditioning
pada Strategi Pemasaran
Implikasi manajerial dari instrumental
conditioning bisa digunakan dalam menyusun strategi pemasaran sebagai berikut:\
- Produk yang ditawarkan harus berkualitas.
- Pesan iklan yang ditampilkan seharusnya berisi manfaat-manfaat produk.
- Jangan sekali-kali pesan iklan tidak sesuai dengan kualitas produk yang sebenarnya, karena konsumen akan belajar dari pengalamannya.
Pembelajaran Kognitif (Cognitif
Learning)
Dari perspektif kognitif, konsumen
berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulnya kebutuhan dan
keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Oleh karena itu,
perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.
Relevansi Pengaruh Perilaku (Behavioral
Influence) dan Cognitif Learning pada Pemasaran
Pendekatan Perilaku dan kognitif sangat
berbeda, oleh karena itu implikasi pada pemasaran pun akan berbeda.
Pendekatan perilaku
akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian suatu
produk. Dari perspektif instrumental conditioning, konsumen adalah pasif,
kurang terlibat dan kemungkinan akan lebih menerima pembelian terhadap produk
yang telah dibeli sebelumnya sejauh hal itu mampu memuaskannya.
Teori pembelajaran kognitif
lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
Dalam kasus produk-produk yang penting, konsumen dalam mengambil keputusan
pembeliannya akan melewati proses pencarian informasi secara lebih intens,
mengevaluasi dan memilih produk yang diinginkan.
Kebisaaan (Habit)
Kebisaaan dapat didefinisikan sebagai
perilaku yang berulang kali dilakukan. Suatu perilaku yang berulang dikatakan
kebisaaan jika perilaku itu tidak disertai dengan loyalitas. Terdapat beberapa
hal yang memungkinkan siklus pembelian habitual rusak, yakni:
- perusahaan melakukan reformulasi produk dan merek yang telah lama ada.
- ttterdapat merek produk baru di pasar yang mampu menawarkan sesuatu nyang lebihdari merek lama.
- konsumen mungkin mencapai kejenuhan dalam mengkonsumsi merek produk yang bisaanya dibeli.
- konsumen akan mengubah perilaku pembelian habitual ketika merek produk yang diinginkannya tidak tersedia di took atau outlet penjualan.
Fungsi Kebisaaan
Perilaku pembelian berdasarkan
kebisaaan mempunyai dua menfaat penting, yakni:
- mengurangi resiko.
- memudahkan dalam pengambilan keputusan pembelian.
Implikasi
Strategis dari perilaku Habitual
Perilaku pembelian Habitual dapat
digunakan sebagai dasar menyusun strategi pemasaran seperti distribusi produk,
kategori produk, iklan, promosi di took, serta penetapan harga.
Distribusi Produk
Merek produk yang dibeli berdasarkan
kebisaaan mempunyai tingkat perputaran produk yang tinggi. Dengan demikian,
pemasar harus selalu siap menyediakan produk di tempat-tempat penjualan agar
konsumen tidak lari ke merek lain.
Kategori Produk
-
Pembelian
dengan keputusan yang kompleks yakni terhadap produk-produk peralatan rumah
tangga yang secara teknis memang rumit. Contoh: televisi, mobil, mesin cuci,
dll.
-
Pembelian
produk-produk berdasarkan kebisaaan yakni berupa barang-barang konsumsi yang
bersifat cepat habis dan mempunyai resiko kecil.
Iklan dan Promosi di Dalam Toko
Iklan untuk produk yang dibeli
berdasarkan kebisaaan seharusnya ditampilkan sesering mungkin untuk
mengingatkan konsumen. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa konsumen yang
membeli berdasarkan kebisaaan, bisaanya tidak begitu mengingat apa-apa yang
akan dibelinya.
Penetapan Harga
Produk yang dibeli berdasarkan
kebisaaan bisaanya produk yang mempunyai loyalitas konsumen yang semu. Konsumen
akan mudah mengubah merek yang dibelinya jika dia merasa bosan, atau muncul
produk baru, atau mengubah pilihan karena ingin mencari variasi. Oleh karena
itu, konsumen akan sangat mudah dipengaruhi oleh kebijakan promosi penjualan,
seperti pemberian kupon belanja, potongan harga dan cara-cara promosi penjualan
lainnya.
Mengubah Perilaku Habitual
Perilaku habitual dalam pembelian
merupakan hambatan yang sangat berat untuk merebut pangsa pasar. Konsumen
cenderung membeli merek produk yang menjadi pemimpin pasar. Hal ini benar
karena terdapat dua alasan yaitu:
- pembelian berulang karena kepuasan akan menyebabkan peningkatan penjualan dan oleh karena itu pangsa pasar akan menjadi luas.
- bbbanyak konsumen yang membeli merek yang menjadi pemimpin pasar karena ingin menghindari resiko.
Agar para penantang pasar mampu
mengubah pola pembelian habitual terhadap merek produk pemimpin pasar,
langkah-langkah strategi berikut ini bisa dilakukan:
·
Jika
produk penantang pasar telah beredar di pasar, maka pemasar seharusnya
menampilkan feature baru dalam iklannya.
·
Mencoba
mengubah prioritas konsumen dengan mengubah feature produk yang sebelumnya
tidak ada.
·
Menggunakan
contoh gratis, potongan harga untuk mencoba mengubah pilihan konsumen.
·
Memperkenalkan
lini merek yang telah ada dengan menawarkan manfaat baru.
Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyality) dan loyalitas toko
(store loyality).
Assael (1992) mengemukakan empat hal
yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:
- konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap pilihan.
- konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
- konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap took.
- kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.
sumber :
http://diamondrizki.blogspot.com/2011/02/pembelajaran-konsumen.html
http://ryanbunny.wordpress.com/2010/11/08/pembelajaran-konsumen/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar