news studentsite

Jumat, 15 November 2013

pembelajaran konsumen terhadap perilaku konsumen

nama : Indriyani Dewi
Npm : 17211987
kelas : 3ea17
Tulisan ke-7



PEMBELAJARAN KONSUMEN


Assel (1992) mendefinisikan pembelajaran konsumen sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya. Perilaku konsumen yang demikian disebut pengaruh perilaku (behavioural influence).
Dalam pembelajaran konsumen terdapat dua aliran:
  1. Aliran Behaviorist yang memandang bahwa perubahan respons konsumen merupakan hasil  dari paparan rangsangan (stimuli exposure).
  2. Aliran kognitip memandang pembelajaran sebagai penyelesaian masalah. Fokus perhatiannya adalah perubahan dalam psikologikal set konsumen (persepsi, sikap, gaya hidup, dll).
Para ahli perilaku telah mengembangkan dua tipe pembelajaran yang disebut sebagai Classical Condition dan Instrumental Condition.

Classical Conditioning
Classical Conditioning memandang bahwa perilaku merupakan hasil dari asosiasi yang dekat antara perangsang utama (Primary Stimulus) dengan perangsang kedua (secondary stimulus). Misalnya dalam sebuah iklan dipaparkan mengenai cirri-ciri orang sukses (primary stimulus) dan juga sebuah merek rokok misalnya ardath (secondary stimulus). Dalam Classical Conditioning diharapkan bahwa perokok merek Ardath mengasosiasikan dirinya seperti orang yang sukses.

Persyaratan Menggunakan Classical Conditioning
Syarat-syarat tersebut adalah:
-         seharusnya tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli. Dengan kata lain, primary stimuli atau unconditioned stimuli harus menjadi pusat perhatian. Misalnya iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempunyai citra berbeda.
-         Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain.
-         Primary stimulus seharusnya tidak terlalu familiar bagi masyarakat. Konsumen akan menjadi jenuh dengan stimuli tertentu yang sangat sering tampil di media massa. Hal ini disebut sebagai pengaruh sebelu pemaparan (proexposure effect).
-         Classical Conditioning akan lebih efektif jika stimulus utamanya adalah sesuatu yang baru.

Instrumental Conditioning
Instrumental Conditioning memandang bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan penilaian konsumenterdapat derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan. Kepuasan yang dialami oleh konsumen akan menyebabkan penguatan dan akan meningkatkan kemungkinan pembelian kembali (purcashing).

Penguatan (Reinforcement)
Istilah penguatan muncul ketika konsumen berperilaku yang sama seperti sebelumnya, karena sebelumnya dia mendapatkan respos yang positif atas tindakannya. Penguatan bisa diindikasikan dengan pembelian yang berulang kali terhadap merek produk tertentu. Penguatan (reinforcement) terjadi ketika konsumen memperoleh respos positif atas tindakannya di masa lalu.

Kepunahan dan Dilupakan (Extinction and Forgetting)
Kepunahan (extinction) terjadi ketika produk tidak lagi memberikan kepuasan yang diinginkan. Hilangnya kepuasan bisa karena kualitas suatu produk terjadi penurunan atau ada produk lai yang dirasakan mempunyai kualitas yang lebih baik.
Dilupakan (forgetting) terjadi ketika stimulus tidak lagi diketahui dan dirasakan oleh konsumen. Suatu produk akan dilipakan oleh konsumen jika pemasar tidak mengulang-ulang informasi produknya melalui iklan.

Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran
Implikasi manajerial dari instrumental conditioning bisa digunakan dalam menyusun strategi pemasaran sebagai berikut:\
  • Produk yang ditawarkan harus berkualitas.
  • Pesan iklan yang ditampilkan seharusnya berisi manfaat-manfaat produk.
  • Jangan sekali-kali pesan iklan tidak sesuai dengan kualitas produk yang sebenarnya, karena konsumen akan belajar dari pengalamannya.

Pembelajaran Kognitif (Cognitif Learning)
Dari perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.

Relevansi Pengaruh Perilaku (Behavioral Influence) dan Cognitif Learning pada Pemasaran
Pendekatan Perilaku dan kognitif sangat berbeda, oleh karena itu implikasi pada pemasaran pun akan berbeda.
Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian suatu produk. Dari perspektif instrumental conditioning, konsumen adalah pasif, kurang terlibat dan kemungkinan akan lebih menerima pembelian terhadap produk yang telah dibeli sebelumnya sejauh hal itu mampu memuaskannya.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi. Dalam kasus produk-produk yang penting, konsumen dalam mengambil keputusan pembeliannya akan melewati proses pencarian informasi secara lebih intens, mengevaluasi dan memilih produk yang diinginkan.

Kebisaaan (Habit)
Kebisaaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang berulang kali dilakukan. Suatu perilaku yang berulang dikatakan kebisaaan jika perilaku itu tidak disertai dengan loyalitas. Terdapat beberapa hal yang memungkinkan siklus pembelian habitual rusak, yakni:
  1. perusahaan melakukan reformulasi produk dan merek yang telah lama ada.
  2. ttterdapat merek produk baru di pasar yang mampu menawarkan sesuatu nyang lebihdari merek lama.
  3. konsumen mungkin mencapai kejenuhan dalam mengkonsumsi merek produk yang bisaanya dibeli.
  4. konsumen akan mengubah perilaku pembelian habitual ketika merek produk yang diinginkannya tidak tersedia di took atau outlet penjualan.

Fungsi Kebisaaan
Perilaku pembelian berdasarkan kebisaaan mempunyai dua menfaat penting, yakni:
  1. mengurangi resiko.
  2. memudahkan dalam pengambilan keputusan pembelian.

Implikasi Strategis dari perilaku Habitual
Perilaku pembelian Habitual dapat digunakan sebagai dasar menyusun strategi pemasaran seperti distribusi produk, kategori produk, iklan, promosi di took, serta penetapan harga.

Distribusi Produk
Merek produk yang dibeli berdasarkan kebisaaan mempunyai tingkat perputaran produk yang tinggi. Dengan demikian, pemasar harus selalu siap menyediakan produk di tempat-tempat penjualan agar konsumen tidak lari ke merek lain.

Kategori Produk
-         Pembelian dengan keputusan yang kompleks yakni terhadap produk-produk peralatan rumah tangga yang secara teknis memang rumit. Contoh: televisi, mobil, mesin cuci, dll.
-         Pembelian produk-produk berdasarkan kebisaaan yakni berupa barang-barang konsumsi yang bersifat cepat habis dan mempunyai resiko kecil.

Iklan dan Promosi di Dalam Toko 
Iklan untuk produk yang dibeli berdasarkan kebisaaan seharusnya ditampilkan sesering mungkin untuk mengingatkan konsumen. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa konsumen yang membeli berdasarkan kebisaaan, bisaanya tidak begitu mengingat apa-apa yang akan dibelinya.

Penetapan Harga
Produk yang dibeli berdasarkan kebisaaan bisaanya produk yang mempunyai loyalitas konsumen yang semu. Konsumen akan mudah mengubah merek yang dibelinya jika dia merasa bosan, atau muncul produk baru, atau mengubah pilihan karena ingin mencari variasi. Oleh karena itu, konsumen akan sangat mudah dipengaruhi oleh kebijakan promosi penjualan, seperti pemberian kupon belanja, potongan harga dan cara-cara promosi penjualan lainnya.

Mengubah Perilaku Habitual
Perilaku habitual dalam pembelian merupakan hambatan yang sangat berat untuk merebut pangsa pasar. Konsumen cenderung membeli merek produk yang menjadi pemimpin pasar. Hal ini benar karena terdapat dua alasan yaitu:
  1. pembelian berulang karena kepuasan akan menyebabkan peningkatan penjualan dan oleh karena itu pangsa pasar akan menjadi luas.
  2. bbbanyak konsumen yang membeli merek yang menjadi pemimpin pasar karena ingin menghindari resiko.
Agar para penantang pasar mampu mengubah pola pembelian habitual terhadap merek produk pemimpin pasar, langkah-langkah strategi berikut ini bisa dilakukan:
·        Jika produk penantang pasar telah beredar di pasar, maka pemasar seharusnya menampilkan feature baru dalam iklannya.
·        Mencoba mengubah prioritas konsumen dengan mengubah feature produk yang sebelumnya tidak ada.
·        Menggunakan contoh gratis, potongan harga untuk mencoba mengubah pilihan konsumen.
·        Memperkenalkan lini merek yang telah ada dengan menawarkan manfaat baru.



Loyalitas Konsumen 
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyality) dan loyalitas toko (store loyality).
Assael (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:
  1. konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap pilihan.
  2. konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
  3. konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap took.
  4. kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.
 sumber :
http://diamondrizki.blogspot.com/2011/02/pembelajaran-konsumen.html
http://ryanbunny.wordpress.com/2010/11/08/pembelajaran-konsumen/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar